Jumat

Sekilas tentang SIRIH

Soal menyirih sejatinya tidak hanya di Sumut, Indonesia bahkan seluruh negara di Asia Tenggara  mengenal kebudayaan ini yang dapat menimbulkan kecanduan ini. Ya, menyirih atau bisa juga disebut sebagai makan sirih sudah mengakar di kalangan masyarakat Indonesia, baik pria maupun wanita sejak berpuluh tahun yang lalu. Dan biasanya kegiatan ini akan mereka lakukan saat waktu senggang atau pun berkumpul. Bukan hanya para kaum wanita yang memakan tumbuhan yang dipadu dengan beraneka macam jenis tanaman ini, tetapi para kaum adam juga melakukan kegiatan ini, saat mereka berkumpul.
Berjalannya waktu, orang yang makan sirih semakin sulit untuk dilihat. Kita dapat melihat seorang wanita sedang menyirih saat berada di kampungnya, yang terletak di daerah pegunungan, seperti Karo, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan dan Nias (untuk Sumut). Sedangkan secara nasional, suku Dayak dan juga masyarakat di Papua masih sering melakukan kegiatan ini.
Untuk menyirih, dibutuhkan daun sirih, kapur, gambir, pinang, dan tembakau. Terkadang sebagian masyarakat juga mencampur cengkeh untuk menambah rasa. Daun sirih akan menimbulkan rasa pedas dan getir dilidah, sedangkan kapur dan tembakau akan memberikan rasa pahit. Dua rasa ini yang paling dominan timbul saat menyirih.Memakan sirih, akan menimbulkan kelenjar air ludah bertambah, jadi tidak heran bila Anda melihat orang yang makan sirih akan sering membuang air liurnya yang berwarna merah. Warna merah di sini ditimbulkan oleh daun sirih yang dikunyah. Tetapi hati-hati, seperti rokok, bagi yang pertama kali menikmati menyirih akan merasakan pening dan rasa mual. Hal ini biasanya karena adanya tembakau yang dicampur dalam sirih.
ntuk menghabiskan 1 gumpalan sirih (yang biasanya berisi 3 hingga 5 lembar daun sirih) dibutuhkan waktu selama 4 menit. Empat daun sirih atau lebih akan ditumpuk menjadi satu, setelah itu diberi 1 colekan kapur sirih. Sebelum dilipat menjadi kecil, bagian dalam daun sirih akan diberi gambir, pinang, dan tembakau kering. Setelah dibuat menjadi satu gumpalan, daun sirih dan kcampurannya ini siap dimakan, dengan cara mengigitnya sedikit demi sedikit. “Jangan kebanyakan. Setelah itu, sirih digosok pada gigi, kunyah dan buang air ludahnya,” ujar Desty (35), seorang warga Desa Suka di Kabupaten Karo.
Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar